secretswin

Hari ini, sebuah keajaiban Vivi datang jauh sebelum bel masuk berbunyi. Bahkan ia menjadi yang pertama datang. Emang sih dia piket hari ini. Tapi, bukan itu alasan utama ia datang pagi. Ia ingin mengucapkan permintaan maaf ke Vino atas apa yang sudah ia lakukan dengan almetnya kemarin. Vino bisa dibilang cukup rajin. Ia menjadi salah satu siswa di kelasnya yang sering datang pagi. Jadi, Vivi ingin meminta maaf saat belum banyak yang datang. Karena jika sudah banyak yang datang, ia sudah tau apa yang akan terjadi, yaitu… diledekin.

Akhirnya yang di tunggu tunggu datang juga. Untungnya, Vino menjadi orang kedua yang datang setelah Vivi. Makin bebas deh Vivi buat minta maaf.

“Eumm… Vino”

Vino yang baru duduk masih tidak melihat ke arah Vivi.

“Apa ?”, jawab Vino singkat

Vivi tidak menjawab. Ia hanya mengarahkan kantong plastik bening berisi soto ayam yang sudah dibuat oleh ibunya ke arah Vino.

“A-Aku minta maaf yang kemarin. Udah bikin kamu diliatin pas upacara dan bikin badan kamu gatel gatel. Ini, pesenan kamu semalem”, kemudian Vino meraih soto ayam tersebut dan ia taruh di mejanya.

“Iya. Sebenernya lo ngga perlu kok beneran ngasih gue ini. Maaf ya udah ngerjain lo”, Vino masih menatap wajah Vivi, bikin yang ditatap salting.

Ngga lama, ada satu orang yang datang. Diikuti oleh yang lainnya. Karena takut ada yang ngeledekin, Vivi pun duduk kembali di kursinya. Dengan senyum yang tiada henti terpancar di wajahnya.

Di pagi hari yang cerah, seperti biasa, Vivi datang saat mepet mepet bel masuk berbunyi. Benar saja, 5 menit kemudian bel masuk pun berbunyi.

Pelajaran pertama adalah matematika. Berhubung bu Linda selaku guru (killer) matematika sedang ada urusan, pembelajaran ditunda sekitar 10 menit. Ia mengamanahkan kepada ketua kelas untuk mengumpulkan tugas matematika yang sudah diberikan 2 hari sebelumnya untuk dikumpulkan di meja guru.

“Sini Vi aku yang ngumpulin ke depan”, tawar Alika

Saat Vivi mencari buku tugas kemudian mengeceknya, betapa terkejutnya dia, ternyata tugas matematikanya belum dikerjain.

“Aaaaa Alika… gawat”, Alika menatap Vivi dengan bingung tapi ada sedikit firasat juga kalo Vivi belum ngerjain.

“Jangan bilang…”, Vivi menjawabnya dengan anggukan

Baru saja Alika ingin meminjamkan bukunya kepada Vivi, terlihat dari luar jendela sang guru (killer) matematika yaitu bu Linda hendak memasuki ruang kelas. Alika yang ikutan panik malah bergegas ke meja guru untuk mengumpulkan tugasnya.

“Al, kok dikumpulin ? Aku mau liat !”

Alika menunjuk ke arah bu Linda yang sedang berjalan di samping kelas. Vivi pun semakin panik.

“Yahhh gimana ini aku”

Kepanikan Vivi membuat cowok tinggi di depannya nengok ke arah dia karena keberisikan.

“Et berisik banget sih. Nih”, kemudian cowok yang ada di depannya itu memberikan buku tugasnya ke Vivi. Membuat Vivi heran tapi tangannya tetap meraih buku yang cowok itu berikan.

“Ini beneran aku boleh liat ?”, tanya Vivi saat bukunya sudah ia letakkan di mejanya.

“Cepetan, itu mumpung masih di luar”, tanpa basa basi lagi Vivi langsung menyalin jawaban. Dewi keberuntungan sepertinya berpihak kepada Vivi. Sewaktu bu Linda hendak melangkahkan kakinya ke dalam kelas, tiba – tiba ia dipanggil oleh orang yang sepertinya punya urusan dengan bu Linda.

Barulah sekitar 3 menit kemudian ia masuk ke kelas. Bertepatan dengan Vivi yang baru saja menaruh bukunya dan juga buku cowok itu ke meja guru.

Entah tulisannya bisa kebaca apa ngga karena nulisnya buru – buru, yang penting di jawab, begitulah pikir Vivi.

adel cantik adel cantik